Tuhan-lah Tujuan Hidup Kita Dalam Menggantungkan Segala Harapan

Tuhan-lah Tujuan hidup kita dalam Menggantungkan Segala harapan
Tuhan-lah Tujuan hidup kita dalam Menggantungkan Segala harapan (ilustrasi)

Tuhan-lah Tujuan Hidup Kita Dalam Menggantungkan Segala Harapan


FolderIslamku.blogspot.com - Ketahuilah kita sebetulnya tidak pernah berada dimana-mana dan tidak bisa lari kemana-mana kecuali dihapan pengawasan Allah SWT saja. Karena bukankah kapan pun dan dimana pun kita ada dibawa kekuasaan dan pengawasan-Nya? Bahkan Tuhan sesungguhnya mengajak kita semua untuk “berdialog” langsung tanpa perantara dan tanpa birokrasi ketika menghadap-Nya. Tidak ada pihak ketiga dalam bergaul dengan-Nya. Pola hirarki yang mungkin hanyalah Allah, Rasul utusan-Nya dan kita semua. Bila ada tokoh spiritual atau ulama yang berposisi di antara itu dapat saja ia menjadi “variabel pengganggu” yang mendindingi kemesraan hubungan itu.

Cobalah sejenak bertanya pada diri sendiri…

Siapakah yang telah menumbuhkan helai-helai rambut di kepala kita?

Siapakah yang membuat rambut tumbuh tergerai panjang tak terbendung?

Siapakah yang menahan laju pertumbuhan alis mata pada kepanjangan tertentu?

Siapakah yang mementikkan ide dan menyalakan gagasan di otak kita?

Siapakah yang menerbitkan rasa kantuk dan menenggelamkan kita dalam tidur di malam hari?

Siapakah yang memprogram organ-organ dalam kita bekerja secara otonom melayani hidup kita?

Siapakah yang memanajemen 100 triliun sel yang hidup beraktivitas kompak dan sangat riuhnya dalam diri kita?

Siapakah Dia..... dengan selaksa pertanyaan lainnya yang mungkin ada ketika kita menilik diri ini?

Kisah hidup ini sebetulnya antara diri kita dengan pencipta kita, yang diantaranya diwarnai banyak hal. Bila kita melakukan tindakan kedermawanan pada seseorang yang tidak kita kenal misalnya, pada dasarnya itu bukan antara kita dengan dia yang kita tolong, tapi antara kita denagan pencipta kita. Seandainya kita terbiasa membangun hubungan dialektika yang akrab secara kontinyu dengan pencipta kita, tentu akan semakin jelaslah kita memandang kenyataan yang tak kasat mata tersebut Allah selalu hadir disisi kita. Allah SWT. Memeng tidak memerlukan shalat atau ibadah-ibadah kita lainnya, namun karena besar cinta-Nya kepada kita, Dia menyediakan mediasi rutin untuk kita bisa ber-audiensi berakrab-akrab dengan-Nya.

Prof. Quraish Shihab dalam bukunya wawasan Qur’an menulis: “ Apabila anda duduk termenung seorang diri, pikiran mulai tenang, kesibukan hidup atau haru hati telah dapat teratasi, dengarlah suara nurani, yang mengajak anda untuk berdialog, mendekat bahkan menyatu dengan suatu totalitas wujut Yang Mahamutlak”

Tradisi shalat di penghujung malam, merupakan sebua media kontemplatif merajut kearaban itu, ketika kita berhadapan secara personal ditengah kesunyian dan ketika semua mahluk sedang terbuai mimpi dalam peraduannya, maka tergelarlah suatu momen yang bening, jernih, dan jujur untuk melakukan dialog sakral tanpa bahasa dan tak terungkapkan dengan sang Pencipta kita. Sayidina Ali ra. pernah ditanya oleh seseorang, “Apakah Anda pernah melihat tuhan?” Beliu menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?” “Bagaimana Anda meihat-Nya?” tanyanya kembali. Ali ra menjawab, “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangannya yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati dengan hakikat keimanan..”.

Kesadaran Ketuhanan merupakan hal yang paling asensial bagi kebahagiaan absolute manusia. Melupakan-Nya berate mencerabut seluruh akr ektensi hidup kita. Bila seorang nekat melupakan Penciptanya, ia akan kehilangan jati diri kemanusiaannya. “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulaah orang-orang yang fasik,” (QS al-Hasyr [59]: 19).

Orang beriman, memiliki perspektif yang berbeda dalam menilai realitas. Orang beriman adalah para mistikus yang tidak pernah percaya pada apa yang disebut peristiwa kebetulan. “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepadamu…,” (QS al-Baqarah [2]: 125). “Bahwa Aku sesunggunhnya menuruti prasangkaan hamba-Ku, apabila ia berprasangkaan dengan baik kepada-Ku, maka Aku pun akan baik kepadanya, dan apabila ia berprasangkaan buruk, maka Aku pun buruk kepada-Nya,” (HR Ahmad).

Tuhan-lah tujuan menggantungkan harapan, tempat berlindung jiwa raga paling sejati dari segala perasaan cemas dan ketakutan, sumber segalanya yang dari-Nya semua berasal. Al-Qur’an menegaskan, “…hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram,” (QS al-Ra’d [13]: 28). “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengtakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu,” (QS Fushilat [41]: 30)

Mengingat Allah (Dzikrullah) bukanlah aktivitas selingan diwaktu senggang atau sekedar pelipur lara di kala susah. Dzikrullah sesungguhnya adalah pekerjaan utama yang membedakan antara manusia yang “hidup” dan manusia yang “hidup akan tetapi mati”. Dzikrullah seharusnya mengaliri setiap denyut nadi aktivitas setiap hamba. FolderIslamku.blogspot.com
Tuhan-lah Tujuan Hidup Kita Dalam Menggantungkan Segala Harapan Tuhan-lah Tujuan Hidup Kita Dalam Menggantungkan Segala Harapan Reviewed by folderislamku.blogspot.com on February 05, 2018 Rating: 5

No comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Powered by Blogger.