Sejarah Khalid bin Walid “Pedang Allah yang Terhunus”
FolderIslamku.blogspot.com Khalid bin Walid adalah seorang tokoh terkemuka
dan merupakan seorang pahlawan dan kesatria umat islam, Khallid bin Walid
merupakan salah seorang shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
mulia, dengan keberaian dan kecerdasannya dalam berperang dan menyusun
strategi, sehingga pasuakan Khalid bin Walid tidak pernah mengalami kekalahan
dan selalu diberikan kemenangan oleh Allah SWT.
Khalid termasuk di antara keluarga Nabi
yang sangat dekat. Maimunah, bibi Khalid, adalah istri Nabi. Dengan Umar
sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Ayah Khalid,
Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum adalah salah seorang pemimpin yang paling
berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia orang yang kaya raya. Dia
menghormati Ka’bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun
dialah yang menyediakan kain penutup Ka’bah.
Suku Bani Makhzum
mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, merekalah yang mengurus
gudang senjata dan tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan
senjata bagi prajurit-prajurit. Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang lebih
dibanggakan seperti Bani Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap
orang-orang Islam di lembah Abu Thalib, orang-orang Bani Makhzumlah yang
pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Awalnya Khalid bin
Walid adalah panglima perang kaum kafir Quraisy yang terkenal dengan pasukan
kavalerinya. Pada saat Perang Uhud, Khalid yang melihat celah kelemahan pasukan
Muslimin yang menjadi lemah setelah bernafsu mengambil rampasan perang dan
turun dari Bukit Uhud, langsung menghajar pasukan Muslim pada saat itu. Namun
justru setelah perang itulah Khalid masuk Islam.
Khalid bin Walid masuk Islam pada tahun kedelapan hijriyah bersamaan dengan
sahabatnya Amr bin Ash ra. Setelah memeluk islam, Khalid meminta untuk didoakan
oleh rasulullah Saw. agar tetap istiqamah dalam keislamannya. Dengan ke islaman
yang kokoh diapun ikut serta dalam berjihad dijalan Allah dengan mrngikuti
berbagai peperangan. Khalid bin Walid
adalah seorang panglima perang yang termasyhur dan ditakuti di medan tempur. Ia
mendapat julukan "Pedang Allah yang Terhunus". Dia adalah salah satu dari
panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang karirnya. Para sejarawan mencatat,
Khalid tidak pernah kalah dalam satu peperanganpun baik pada saat jahiliyah
atau setelah masuk Islam, dia berkata tentang dirinya:
“Sungguh dengan tanganku ini telah
terpotong sembilan pedang pada saat peperangan Mu’tah sehingga tidak tertinggal
di tanganku kecuali sebuah pedang yang berasal dari Yaman.”
Khalid adalah seorang kesatria, Khalid bin Walid bin Al-Mugiroh Al-Qurasy
Al-Makhzumy Al-Makky, anak saudari ummul mukminin Maimunah binti Al-Harits
radhiallahu ‘anhu, dia seorang lelaki yang kekar, berpundak lebar, bertubuh
kuat, sangat menyerupai Umar bin Al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Dia memiliki sikap kepahlawanan besar yang
mencerminkan dirinya sebagai seorang pemberani dalam membela agama isalm, di antara cerita tentang
kepahlawanan beliau adalah apa yang terjadi pada perang Mu’tah, pada tahun ke
delapan hijriyah, pada tahun dia memeluk Islam.
Jumlah tentara kaum muslimin pada
saat itu sekitar tiga ribu personil sementara bangsa Romawi memilki dua ratus
ribu personil, melihat tidak adanya keseimbangan jumlah tentara kaum muslimin
di banding musuh mereka, terkuaklah sikap kesatria dan kepahlawanan kaum
muslimin pada peperangan ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memerintahkan agar pasukan dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, dan jika dia
terbunuh maka kepeminpinan berpindah kepada Ja’far bin Abi Thalib, dan jika
terbunuh maka kepeminpinan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Semua pemimpin
di atas mati syahid pada peperangan ini, lalu bendera diambil alih oleh Tsabit
bin Aqrom, dan dia berkata kepada kaum muslimin: Pilihlah seorang lelaki
sebagai pemimpin kalian, maka mereka memilih Khalid bin Walid, maka pada
peristiwa inilah tampak jelas keberanian dan kejeniusannya.
Dia kembali mengatur para pasukan, maka dia merubah strategi dengan
menjadikan pasukan sayap kanan berpindah ke sayap kiri dan sebaliknya pasukan
sayap kiri berpindah ke sebelah kanan, kemudian sebagian pasukan diposisikan
agak mundur, setelah beberapa saat mereka datang seakan pasukan batuan yang baru datang, hal ini guna melemahkan
semangat berperang musuh kemudian kesatuan tentara kaum muslimin terlihat
menjadi besar atas pasukan kaum Romawi sehingga menyebabkan mereka mundur dan
semangat mereka melemah.
Pada masa
pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid ditunjuk menjadi panglima pasukan
Islam sebanyak 46.000, menghadapi tentara Byzantium dengan jumlah pasukan
240.000. Dia sama sekali tidak gentar menghadapinya, dia hanya khawatir tidak
bisa mengendalikan hatinya karena pengangkatannya dalam peperangan yang dikenal
dengan Perang Yarmuk itu.
Dalam Perang Yarmuk
jumlah pasukan Islam tidak seimbang dengan pihak musuh yang berlipat-lipat.
Ditambah lagi, pasukan Islam yang dipimpin Khalid tanpa persenjataan yang
lengkap, tidak terlatih dan rendah mutunya. Ini berbeda dengan angkatan perang
Romawi yang bersenjata lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak.
Bukan Khalid namanya jika tidak mempunyai strategi perang, dia membagi pasukan
Islam menjadi 40 kontingen dari 46.000 pasukan Islam untuk memberi kesan
seolah-olah pasukan Islam terkesan lebih besar dari musuh.
Strategi Khalid
ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik yang digunakan oleh Romawi terutama di
Arab utara dan selatan ialah dengan membagi tentaranya menjadi lima bagian;
depan, belakang, kanan, kiri dan tengah. Heraklius telah mengikat tentaranya
dengan besi antara satu sama lain. Ini dilakukan agar mereka jangan sampai lari
dari peperangan.
Kegigihan Khalid
bin Walid dalam memimpin pasukannya membuahkan hasil yang membuat hampir semua
orang tercengang. Pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil
memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
Perang yang
dipimpin Khalid lainnya adalah perang Riddah (perang melawan orang-orang
murtad). Perang Riddah ini terjadi karena suku-suku bangsa Arab tidak mau
tunduk lagi kepada pemerintahan Abu Bakar di Madinah. Mereka menganggap bahwa
perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah, dengan sendirinya batal setelah
Rasulullah wafat.
Oleb sebab itu,
mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka
yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan. Maka Abu Bakar mengutus Khalid
bin Walid untuk menjadi jenderal pasukan perang Islam untuk melawan kaum murtad
tersebut, hasilnya kemenangan ada di pihak Khalid.
Masih pada
pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai
Al-Hirah pada 634 M. kemudian Khalid bin Walid diperintahkan oleh Abu Bakar
meninggalkan Irak untuk membantu pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid.
Ada kisah yang
menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sempurna di bidangnya; ahli siasat
perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah
prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam
puncak popularitas.
Hal ini
ditunjukkannya saat Khalifah Umar bin Khathab mencopot sementara waktu
kepemimpinan Khalid bin Walid tanpa ada kesalahan apa pun. Menariknya, ia
menuntaskan perang dengan begitu sempurna. Setelah sukses, kepemimpinan pun ia
serahkan kepada penggantinya, Abu Ubaidah bin Jarrah.
Khalid tidak
mempunyai obsesi dengan ketokohannya. Dia tidak menjadikan popularitas sebagai
tujuan. Itu dianggapnya sebagai sebuah perjuangan dan semata-mata mengharapkan
ridha Sang Maha Pencipta. Itulah yang ia katakan menanggapi pergantiannya,
"Saya berjuang untuk kejayaan Islam. Bukan karena Umar!"
Khalid juga ikut serta dalam peperangan melawan kaum yang murtad, beliau
juga ikut berperang menuju Iraq, dan para ulama berbeda pendapat tentang sebab dipecatnya Khalid sebagai komando
perang di Syam, dan semoga yang benar adalah apa yang dikatakan oleh Umar bin
Khattab radhiallahu ‘anhu: “Tidak, aku akan memecat Khalid sehingga masyarakat
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah membela agamanya tidak dengan Khalid”.
Di antara ungkapannya yang agung adalah tidaklah sebuah malam di mana aku
bersama seorang pengantin yang aku cintai lebih aku sukai dari sebuah malam
yang dingin lagi bersalju dalam sebuah pasukan kaum muhajirin guna menyerang
musuh.
Khalid bin Walid pernah menulis sebuah surat kepada kaisar Persia yang
mengatakan:
“Sungguh aku telah datang kepada kalian dengan pasukan yang lebih mencintai
kematian sebagaimana orang-orang Persia menyenangi minum khamr.”
Qais bin Hazim berkata, “Aku telah
mendengar Khalid berkata, ‘Berjihad telah menghalangiku mempelajari Al-Qur’anul
Karim.’”
Abu Zannad berkata, “Pada saat Khalid akan meninggal dunia dia menangis dan
berkata, ‘Aku telah mengikuti perang ini dan perang ini bersama pasukan, dan
tidak ada satu jengkalpun dari bagian tubuhku kecuali padanya terdapat bekas
pukulan pedang atau lemparan panah atau tikaman tombak dan sekarang aku mati di
atas ranjangku terjelembab sebagaimana matinya seekor unta. Janganlah mata ini
terpejam seperti mata para pengecut. ‘“
Sungguh Khalaid mengharapkan mati syahid dan semoga Allah menyampaikannya
pada derajat yang dicita-citakannya.
Dari Sahl bin Abi Umamah bin Hanif dari bapaknya dari kakeknya dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meminta kepada Allah
mati syahid dengan sebenarnya maka Allah akan menyampaikannya kepada derajat
orang-orang yang mati syahid sekalipun dirinya mati di atas ranjangnya.”
Dia wafat pada tahun 21 H. di Himsh pada usia 52 tahun. Lalu pada saat
wafat, dia tidak meninggalkan kecuali kuda, senjata dan budaknya yang
dijadikannya sebagai sedekah dijalan Allah, pada saat berita kematian tersebut
sampai kepada Amirul Mu’minin, Umar bin Al-Kattab dia berkata:
“Semoga Allah
meberikan rahmatnya kepada Abu Sulaiman, sesungguhnya dia seperti apa yang kami
perkirakan.”
Dan disebutkan di dalam hadits
riwayat Umar bin Al-Khattab tentang zakat bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Adapun Khalid maka dia telah menyimpan baju besinya dan
perlengkapan berperangnya di jalan Allah.” FolderIslamku.blogspot.com
Sumber:
Biografi Khalid bin Walid
Radhiyallahu’anhu, Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi,
http://www.islamhouse.com/p/285620
http://kisahmuslim.com/1517
Sejarah Khalid bin Walid “Pedang Allah yang Terhunus”
Reviewed by folderislamku.blogspot.com
on
November 25, 2018
Rating:
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.