Dua Pilar Penting Landasan Ajaran Agam Islam (Ilustrasi) |
Dua Pilar Penting Landasan Ajaran Agam Islam
FolderIslamku.blogspot.com - “Tidaklah kami mengutus engkau, melainkan sebagai Rahmat untuk seluruh alam” (QS Al-Anbiya 21:107). Seruan sentral untuk manusia di dalam Al-Qur’an adalah “beriman dan beramal shalih”. Formula itu menegaskan bahwa iman merupakan fonddasi pijakan pertama dalam kehidupan tapi selanjutnya iman harus beraksentuasi kepada amal shalih (perbuatan baik). Pusat keimanan adalah Tuhan, tapi ujung aktualitasnya beralamat pada manusia. Manusia ddengan segala anuherah yang dimilikinya (anugerah internal, anugerah ekternal horizontal, dan anugerah eksternal vertikal) mengemban peran humanism teosentrik, yakni makhluk yang mengorentasikan seluruh nilai pengabdiannya hanya kepada Tuhan tapi mengolah semua potensi yang dimilikinya untuk kemuliaan sesama makhluk.
Menjalin hubungan baik dengan Sang pencipta dan pada sesama adalah dua pilar penting landasan ajaran agam ini. “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,” (QS Ali-Imran [3]: 112).
Al-Qur’an menjelaskan dua pilar ini sebagai bentuk kebaktian sempurna ketika keimanan dan aksi sosisal dilaksakan sejalan., “Bukanlah menghadapkan wajahmu kea rah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah berima kepada Allah, hari kemudia, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menpati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa,” (QS Al-Baqarah [2]: 177).
Dengan demikian ajaran islam merupakan ajaran yang menjadikan Tauhid sebagai pusat seluruh orientasi nilai, sementara pada saat yang sama melihat manusia sebagai tujuan dari tranformasi nilai. Perjuangan mewujudkan keadilan sosial, kemerataan ekonomi, distribusi kesejahteraan, kebersamaan kewenangan dan lain sebagainya merupakan aktualisasi tauhid secara horizontal. Regiliusitas isalm berpusat pada cinta absolut kepada Allah, tetapi adegan selanjutnya adalah menelusuri “alamat Tuhan” yakni dikehidupan hamba-hamba-Nya yang bersedih, menderita dan tertindas. Ketika Musa a.s. bertanya dimanakah aku dapat menemui-Mu wahaai Tuhanku? Tuhan menjawab “temuilah Aku di sisi hamba-hamba-Ku yang tengah remuk redam hatinya”. Dalam konteks demikian inilah Islam disebut sebagai ajaran rahmatan lil alamin (Rahmat yang menyeluruh untuk semesta alam).
Konsep Humanisme Teosentrik berfilosofi “berangkat pertama sekali dari Tuhan lalu berujung pada manusia” ini terartikulasi secra kompak dalam semua system ibadah dalam Islam. Lihatlah bagaimana ayat Al-Qur’an dimulai dengan surat al-Fatihah yang berisi puji-pujian dan pengakuan bahwa Allah Maha Pengasih Maha Penyayang, Pengusa Hari Pembalasan, tempat meminta dan memohon petunjuk. Akan tetapi, lihatlah Al-Qur’an menutup lembaran akhir dala mushafnya dengan surat An-Nas yang berarti manusia. Lihahatlah aktifitas Shalat. Shalat dimulai dari takbiratul ihram yakni takbir yang mengharamkan segala bentuk komunikasi horizontal dengan lingkungan sekitarnya untuk hanya berfokus kepada Dia Sang Pencipta, lalu diakhiri dengangerakan memutar kepala ke kanan dan ke kiri seraya mengucapkan salam kepada jamaah yang berada disekitarnya. Solah-olah dalam shalat, Tuhan tuhan berkata kepada kita “Ya kamu sudah menghadap-Ku meneguhka kebaktianmu kepada-Ku, untuk itu buktikanlah pengabdianmu itu dengan menebarkan salam kedamaian kepada seluruh lingkunganmu orang-orang yang ada di kanan dan di kirimu, teman dan lawanmu”.
Bukalah sejarah perjuangan Rasulullah Saw. maka Nabi memulai mendakwahkan Islam dari sebuah seruan kalimat Tauhid “La Ilaha Illallah” (Tiada Tuhan selain Allah memurnikan loyalitas dan ketaatan pada penguaas jagat raya ini, namun diujung dakwah beliau yang direkam sejarah adalah pidatinya di padang Arafah keetika melakukan haji wada’. Isi pidato perpisahan itu sarat dengan pesan kemanusiaan universal yakni upaya membangun komunitas umat yang didasarka kesetaraan, keadilan dan kasih saying. Di antara petikan isi pidatonya berbunyi, “Sesunggunya darahmu, hartamu, serta kehormatannmu itu suci seperti sucinya hari ini, dibulannmu ini dan di negerimu ini hingga kamu bertemu Tuhannmu di hari kiamat nanti”.
Ketika Rasulullah Saw. melakukan perjalanan malam naik ke Sidrathul Muntaha (Mi’raj) berhadapan langsung pada Allah Swt., rute perjalanan selanjutnya ia kembali turun ke bumi bergulat dan bergelut dengan perjuangan berpeluh darah, keringat dan air mata demi perbaikan kehidupan umatnya di dunia dan di akhirat. Andai Nabi Saw. itu hanya seorang shufi asketis bermental petapa saja, niscaya perjalanan menemui Tuhan secara langsung itu sudah dipandang sebagai terminal terakhir pencarian hidupnya. Wallahu’alam. FolderIslamku.blogspot.com
Dua Pilar Penting Landasan Ajaran Agam Islam
Reviewed by folderislamku.blogspot.com
on
February 13, 2018
Rating:
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.