Dunia Tempat Perlombaan, Sebagai Cerminan Akhirat (Ilusrasi) |
Dunia Tempat Perlombaan, Sebagai Cerminan Akhirat
FolderIslamku.blogspot.com - Mendengar perlombaan, maka asosiasi yang segera terbayang dibenak kita adalah sebuah kompetisi yang melibatkan rival tanding dengan pihak ketiga untuk memperebutkan status menang-kalah. Filsafat hidup materialistik memang telah menanamkan logika kompetitif atas-bawah, menag-kalah, pintar-bodoh, berkuasa-dijajah dsb, namun Islam mengajarkan bahwa tema perlombaan yang dipertandingkan bukanlah model berkuasa menguasai, subyek obyek atau atas bawah, melainkan kompetisi bersama, melingkar berthawaf dalam berlomba mengumpulkan kebaikan. “Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan…,”(QS Al-Maidah [5]: 48).
Pada dasarnya dunia diciptakan penuh kebaikan. Sebagaiman pandangan dasar Al-Qur’an tentang konsep manusia yang positif optimistik demikian pula cara pandang yang dibangun Al-Qur’an terhadap dunia dan alam semesta ini. Alam ditegakkan atas Rahmat dan Kemurahan hati dan segala yang baik dari-Nya. Dengan pandangan yang optimis positif kita dapat mengatakan: kehidupan di dunia ini tiada alternatif lain kecuali melihatnya sebagai sebuah wahana berlimpahnya rahmat Ilahi. Kita lahir keduania yang keras penuh persaingan dan perjuangan, jalan lahir yang hanya sepanjang 7,5 cm (Miss V) merupakan sebuah pertaruhan “maut” bagi kehadiran kita kedunia ini. Sebagaimana kenyataan alam sperma dulu bahwa hidup merupakan sebuah perlombaan maka demikian juga hakikat hidup di alam dunia ini. Al-Qur’an menegaskan hakikat hidup tersebut: …yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji Kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya…,” (QS Al-Mulk [67]: 2).
Allah menjelaskan bahwa kehidupan dunia ini bagai refleksi nasib di hari akhirat kelak. “Dan siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar),” (QS Al-Isra [17]: 72). Ibarat kata pepatah, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan amal kebajikan, maka reputasi seseorang selama hidup di dunia bagai gambaran nasibnya kelak di alam keabadian, yang jelas umur reputasi jauh lebih panjang dari umur pribadi manusia selama di dunia. Reputasi adalah umur kronologis yang melampaui usia biologis. “…Kami menuliskan prestasi yang mereka kerjakan dan prestasi yang mereka tinggalkan…,”(QS Yasin [36]: 12). Kita akan tetap mengenang torehan indah dalam sejarah dengan tintah emas terhadap tokoh-tokoh seperti Al-Gazalie, Ibnu Taymiyah, Ibnu Rasyd, Ibnu Sina, Al Farabi, Al Khwarizmy, Al Kindi, Imam Syafi’I, Abu Hanifah, Imam Malik, Ahmad bin Hambal dsb. Meskipun mereka telah meninggal dunia ratusan tahun yang silam.
Dunia ini baik, ia merupakan tempat kita berkarya, memerankan peran sebagai khalifah lewat berbagai profesi. Dunia adalah tempat kita melakukan investasi-investasi kebajikan, ladang untuk menanam amal shalih. Hidup dapat juga didefenisikan sebagai suatu kesempatan untuk berbuat baik. “Dunia itu ladang akhirat, siapa saja yang menanam kebaikan akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Siapa saja yang menanam keburukan akan mendapat penyesalan,” (Al- Hadis).
Allah telah menjadikan masing-masing pribadi itu unik, kecenderungan yang khas, bakat dan segala yang berkaitan dengan karakter kepribadian yang tidak ada duanya di dunia ini. Pada hakikatnya dimata pandang Ilahi tidak ada profesi hina, selama profesi itu memang didesain untuk meningkatkan harkat martabat kemanusiaan dan bermanfaat terhadap kehidupan. Allah menggariskan bahwa nilai kemuliaan diantara pluralitas masyarakat manusia itu kepad ketakwaan-nya. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,”(QS al-Hujarat [49]: 13).
Dan, taqwa bukanlah sebuah status yang jatuh dari langit secara tiba-tiba. Taqwa adalah buah dari prestasi Ruhani yang dilakukan seseorang ketika ia berjuang (mujahadah) dalam mematuhi peritah Tuhan dan berjuang menjauhi larangan-Nya. Ketaqwaan tersebut, hakikatnya hanya Allah saja yang tahu, oleh karenanya kita tidak diperkenankan membagi klasifikasi tinggi rendah martabat seseorang. “Dan lebih mengetahui (tentang keadaanmu) ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamum mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa,” (QS al-Najm [53]: 32).
Dunia hanyalah sementara, akhiratlah yang kekal, tempat peristirahatan kita di alam keabadian. Sebelum hijrah dari bumi ini, marilah memperbanyak berbuat kebajikan sebagai bekal untuk menuju perjalanan dan menetap akhirat kelak. Sebagaimana yang telah disebutkan “Dunia itu ladang akhirat. Siapa saja yang menanam kabaikan akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Siapa saja yang menanam keburukan akan mendapat penyesalan,” (Al-Hadis). Wallahu’alam. FolderIslamku.blogspot.com
Dunia Tempat Perlombaan, Sebagai Cerminan Akhirat
Reviewed by folderislamku.blogspot.com
on
February 07, 2018
Rating:
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.