Khalifah Adalah Dia Yang Berpikir dan Berzikir (Ulil Albab) (ilustrasi) |
Khalifah Adalah Dia Yang Berpikir dan Berzikir (Ulil Albab)
FolderIslam.blogspot.com - Al-Qur’an meng-ilustrasikan degan sangat indah karakteristik seorang Ulil Albab itu “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda (ayat-ayat) bagi Ulil Albab (orang-orang yang mendalam berpikirnya), yaitu mereka mengingat Allah dikala berdiri, duduk dan berbaring, seraya memikirkan penciptaan dilangit dan di bumi seraya berkata ‘Ya Tuhan Kami tiadalah Engkau ciptakan semua ini sia-sia, peliharalah kami dari azab api neraka,” (QS Ali-Imran [3]: 190-191).
Siapapun ia, darimanapun ia berasal, bahkan apapun latar keyakinannya, bila ia sungguh-sungguh merenungi segala fenomena penciptaan alam semesta ini dan mengesplorasi sains seoptimal-optimalnya ia akan dihantarkan kepada decak kagum tak terperi terhadap Wujud Agung yang telah mendesain semua fenomena ini. Dan, diujung pengembaraan kontenplasinya akan tiba pada kesimpulan bahwa alam semesta ini memang bertujuan. Alam semesta beserta isinya ini tidak hanya memiliki waktu yang linear, berupa kehidupan yang mengalir begitu saja menanti masa kehancurannya, tapi alam in juga memiliki tujuan (teleologis) yang ditetapkan Tuhan.
Ulil Albab adalah orang yang mengoptimalkan fakultas berpikir dan berzikir, otak dan hati, intelektual dan intuisi, yang buah pemikirannya menghantarkannya pada kenyataan tak terbantahkan tentang segala ciptaan Ilahi yang mengagumkan dan kontenplasinya melahirkan kesadaran spiritual mendalam akan kekuasaan Ilahi yang tak terbatas. Ulil Albab bukan sekedar orang yang bergelar sarjana, atau sekedar melalui pendidikan formal lalu mendapat predikat setelah melewati kurikulum pendidikan yang dilalui. Namun tidak memiliki tanggung jawab ilmiah dalam berkarya. Ulil Albab juga bukan sebatas ilmuan yang hanya memiliki tanggung jawab ilmiah terhadap disiplin ilmunya saja, tetapi rela “meluncurkan idealismenya” dalam sebuaah kekuasaan tiranik yang zalim seperti kisah teknokrat Hamman di era Nabi Musa a.s.
Perhatikanlah secara sederhana dunia setengah inci disekeliling kita: batu, kayu, angin, oksigen hingga seekor cacing pun, bukankah semuanya memiliki peran dan tugasnya masing-masing? Tidak ada profesi “menganggur” dalam konstalasi alam raya ini, tidak ada limbah atau residu yang tidak dapat terolah di alam ini. Semuanya bertujuan, semua memiliki peran, semuanya diciptakan tanpa kesia-siaan. “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu…,” (QS al-Baqarah [2]: 26).
Ulil Albab lebih tepat disebut sebagai muslim cendekia (bukan cendekiawan muslim), yaitu sosok yang memiliki kredibilitas ilmiah dalam pikiran dan tindakan ilmunya dan juga memiliki tanggung jawab sosial dan kepekaan moral terhadap ilmu yang dimilikinya dalam persfektif atas nama Tuhan. Sang cendekia adala ia yang hanya punya rasa takut kepada pencipta-Nya saja, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu…,” (QS Fathir[35]: 28).
Seperti yang pernah dikatakan oleh fisikawan besar abad 20 Albert Einstein, seorang yang dipandang mengoptimalkan potensi intelektualnya mengatakan “Tuhan tidak bermain dadu ketika menciptakan alam semesta ini”, kalimat Einstein itu memiliki substansi makna yang terdengar mirip dengan ucapan Ulil Albab “Tuhan Kami, tiadalah Kau ciptakan semua ini dengan sia-sia”. Namun mungkin, Einstein minus berzikir, sehingga ia tidak berlanjut pada sebuah refleksi spiritual untuk meminta perlindungan dari azab Tuhan, Wallahu’alam. FolderIslam.blogspot.com
Siapapun ia, darimanapun ia berasal, bahkan apapun latar keyakinannya, bila ia sungguh-sungguh merenungi segala fenomena penciptaan alam semesta ini dan mengesplorasi sains seoptimal-optimalnya ia akan dihantarkan kepada decak kagum tak terperi terhadap Wujud Agung yang telah mendesain semua fenomena ini. Dan, diujung pengembaraan kontenplasinya akan tiba pada kesimpulan bahwa alam semesta ini memang bertujuan. Alam semesta beserta isinya ini tidak hanya memiliki waktu yang linear, berupa kehidupan yang mengalir begitu saja menanti masa kehancurannya, tapi alam in juga memiliki tujuan (teleologis) yang ditetapkan Tuhan.
Ulil Albab adalah orang yang mengoptimalkan fakultas berpikir dan berzikir, otak dan hati, intelektual dan intuisi, yang buah pemikirannya menghantarkannya pada kenyataan tak terbantahkan tentang segala ciptaan Ilahi yang mengagumkan dan kontenplasinya melahirkan kesadaran spiritual mendalam akan kekuasaan Ilahi yang tak terbatas. Ulil Albab bukan sekedar orang yang bergelar sarjana, atau sekedar melalui pendidikan formal lalu mendapat predikat setelah melewati kurikulum pendidikan yang dilalui. Namun tidak memiliki tanggung jawab ilmiah dalam berkarya. Ulil Albab juga bukan sebatas ilmuan yang hanya memiliki tanggung jawab ilmiah terhadap disiplin ilmunya saja, tetapi rela “meluncurkan idealismenya” dalam sebuaah kekuasaan tiranik yang zalim seperti kisah teknokrat Hamman di era Nabi Musa a.s.
Perhatikanlah secara sederhana dunia setengah inci disekeliling kita: batu, kayu, angin, oksigen hingga seekor cacing pun, bukankah semuanya memiliki peran dan tugasnya masing-masing? Tidak ada profesi “menganggur” dalam konstalasi alam raya ini, tidak ada limbah atau residu yang tidak dapat terolah di alam ini. Semuanya bertujuan, semua memiliki peran, semuanya diciptakan tanpa kesia-siaan. “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu…,” (QS al-Baqarah [2]: 26).
Ulil Albab lebih tepat disebut sebagai muslim cendekia (bukan cendekiawan muslim), yaitu sosok yang memiliki kredibilitas ilmiah dalam pikiran dan tindakan ilmunya dan juga memiliki tanggung jawab sosial dan kepekaan moral terhadap ilmu yang dimilikinya dalam persfektif atas nama Tuhan. Sang cendekia adala ia yang hanya punya rasa takut kepada pencipta-Nya saja, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu…,” (QS Fathir[35]: 28).
Seperti yang pernah dikatakan oleh fisikawan besar abad 20 Albert Einstein, seorang yang dipandang mengoptimalkan potensi intelektualnya mengatakan “Tuhan tidak bermain dadu ketika menciptakan alam semesta ini”, kalimat Einstein itu memiliki substansi makna yang terdengar mirip dengan ucapan Ulil Albab “Tuhan Kami, tiadalah Kau ciptakan semua ini dengan sia-sia”. Namun mungkin, Einstein minus berzikir, sehingga ia tidak berlanjut pada sebuah refleksi spiritual untuk meminta perlindungan dari azab Tuhan, Wallahu’alam. FolderIslam.blogspot.com
Khalifah Adalah Dia Yang Berpikir dan Berzikir (Ulil Albab)
Reviewed by folderislamku.blogspot.com
on
February 06, 2018
Rating:
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.