Sifat Dasar Manusia Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an

Sifat Dasar Manusia Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an (Ilustrasi)

 

Sifat Dasar Manusia Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an


FolderIslamku.blogspot.com - Secara folosofis, kejahatan dan kebodohan bukanlah wujud faktual yang tercipta. Kegelapan bukanlah wujud ekstensial melainkan wujud aksidensial, karena kegelapan adalah kenyataan yang terjadi akibat terhalangnya cahaya. Hanya sinar yang dapat diukur secara obyektif spectrum panjang gelombangnya, sedangkan kegelapan tidak mempunyai parameter. Seorang disebut bodoh jika demikian, karena ia tidak mengisi wadah otaknya dengan pengetahuan. Demikian pula seorang menjadi jahat karena hatinya miskin akan nila-nilai kemuliaan. Katanya, pintar itu ada ukurannya sedangkan bodoh itu tidak terukur. Manusia memang diciptakan dengan desain paling sempurna, tapi ia juga bisa menjerembab jatuh menjadi serendah-rendahnya makhluk apabila ia tidak menjadi pilot yang cakap untuk kehidupannya pribadinya.

Benarkah gugatan para malaikat dulu pada Allah? Ketika mereka bertanya “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akanmembuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?”. Para malaikat dengan nada “protes” memiliki prediksi mecemaskan bahwa kehadiran khalifah yang bakal diturunkan dibumi itu kelak akan membasahi bumi bersimbah darah. Bahwa manusia yang akan menggembalakan isi bumi nanti adalah orang-orang yang akan menghiasi peradabannya dengan budaya peperangan demi peperangan antar sesamanya.

Namun benarkah manusia juga merupakan sosok two face pengidap bakat skhizofrenik? Yang juga menampilkan sisi buruk rupanya? Meski Al-Qur’an menjelaskan panjang lebar di berbagai ayat tentang sisi positif Bani Adam a.l  yakni: Dia yang terpilih sebagai khalifah (QS al-Baqarah [2]: 30, al-An’am [6]: 165), menguasai ilmu pengetahuan (QS Luqman [31]: 30), al-Rum [30]: 30), ia aransemen unik langit dan bumi (QS al-Sajadah [32]: 7-9), yang diciptakan dalam desain terbaik (QS al-Tin [95]: 4), makhluk pilihan (QS Thaha [20]: 41), ditinggikan martabatnya (QS al Isra [17]: 70), memiliki kompas moral (QS al-Syams [91]: 7-8), memiliki gagasan keabadian (QS al-Rad [13]: 28), memilki cita-cita ilustrasi tertinggi (QS al-Fajr [89]: 27-28). Tapi Al-Qur’an juga menyebutkan sejumlah karakteristik negative yang dimiliki manusia, a.l : Ia Zallim dan bodoh (QS al-Ahzab [33]: 72), ingkar terhadap kenikmatan (QS al-Hajj [22]: 66), melampaui batas (QS al-Alaq [96]: 6-7), tergesah-gesah (QS al-Isra [17]: 11), pelupa (QS Yununs [10]: 12), kikir (QS al-Isra [17]: 100), suka membantah (QS al-Kahfi [18]: 54), berkeluh kesah (QS al-Ma’arij [70]: 19-20).

Karakteristik-karakteristik buruk yang disematkan pada manusia pada dasarnya juga merupakan konsekwensi tak terelakkan sebagai makhluk yang dikarunia kebebasan dan kemerdekaan yang menyimpan semua potensi dan keserbakemungkinan. Sebagai makhluk yang merdeka, maka wajarlah bila manias senantiasa dihadapkan pada dua persimpangan jalan dan dua ajakan, sehingga dia dapat merealisasikan kesempurnaan dirinya melalui pilihan otonomnya. Seperti yang dikatakan John Scheffer, “Makhluk yang paling menakjubkan adalah manusia karena dia bisa memilih untuk menjadi “Malaikat atau Setan”.

“Demi Matahari dan sinarnya dipagi hari. Demi Rembulan apabila mengiringinya. Demi siang hari bila menampakkan dirinya. Demi malam hari apabila menutupinya. Demi langit serta seluruh binaanya. Demi bumi serta yang ada dihamparannya Maka Allah mengilhamkan ke dalam jiwa itu; jalan kefasikan dan ketaqwaan. Beruntunglah siapa yang mensucikan (jiwa) nya. Dan merugilah siapa yang mengotorinya.” (QS al-Syams [91]: 1-10). Manusia akan terpuruk kejurang kehinaan apabila ia tidak menghiasi pribadi dan melukis pengalman hidupnya dengan keimanan dan amal shalih. Meski awalnya kita dilahirkan dengan sangat menarik, tapi daya tarik itu akan luntur bila kemudian kita tertarik pada hal-hal yang menarik kita kebawah. Pesona manusia ditumbuhkan berakar kuat terpancang di alam hatinya. Bila daya tari manusia dimasa mudanya hasil “pekerjaan alam” tetapi semakin beranjak usia keindahan dirinya sendiri dalam mengoptimalkan segala potensi karunia pemberian Tuhan. Allah bahkan sangat memurkai orang yang tidak menggunakan karunia kemampuan pikiran yang telah diberikan-Nya. “…dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya” (QS Yunus [10]: 100).

Perhatikanlah bagaimana Al-Qur’an mendorong manusia menggunkan akalnya dengan berbagai redaksi; perhatikanlah (Nazhar), Pikirkanlah (Tafakkaru), pahamilah (Tabashshur), renungkanlah (Tadabbur), sungguh-sungguh mengertilah (Tafaqquh), camkanlah dalam fikiran atau hati (Tadzakkur), petiklah pelajaran (I’tibar). Tanpa akal, kita tidak lebih sebagai hewan berpenampilan manusia yang hanya dipandu oleh syahwat. FolderIslamku.blogspot.com
Sifat Dasar Manusia Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Sifat Dasar Manusia Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Reviewed by folderislamku.blogspot.com on February 08, 2018 Rating: 5

No comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Powered by Blogger.