Dua Masa Depan Manusia yang Sangat Berharga (Ilustrasi) |
Dua Masa Depan Manusia yang Sangat Berharga
FolderIslamku.blogspot.com - Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, karena itu kita tidak boleh selalu dipalingkan menatap kebelakang. Tapi fokuslah kedepan, karena disana masa depan kita menanti.
Kita dua kali mengalami kehidupan dan dua kali mengalami kematian. Oleh karena itu, kita memiliki dua bentuk masa depan. Ketika Al-Qur’an mengatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS al-Hasyr [59]: 18).
Maka hari esok yang dimaksud itu memiliki dua presentasi wajah, yakni hari esok jangka pendek dan hari esok jangka panjang atau masa depan pra-kematian dan masa depan pasca-kematian. Masa depan pra-kematian bercirikan serba mungkin; Seseorang bekerja keras mungkin iya akan kaya dan sukses tapi mungkin juga tidak, karena siapa yang menanam belum tentu ia yang mengetam.
Bila kita melihat dunia ini dalam tinjauan konfaratifnya dengan alam akhirat, maka setidaknya ada tiga karakter yang melekat pada diri dunia ini sehingga ia layak disebut sebagai ruang senda gurau dan bilik main-main saja, yaitu: bersifat relative, spekulatif, dan temporer. Tamsil kehidupan dunia ini hanya senda sendagurau akan terasa billa disandingkan dengan alam internal diakhirat nanti. Satu hari di akhirat sama dengan 50.000 tahun kelender dunia, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (maenghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’arij [70]:4).
Kenikmatan-kenikmatan yang bisa direnguk di alam dunia ini terikat hokum “sedikit dan sebentar”, artinya kelezatan dari nikmat yang ada itu hanya dirasakan atau memang hanya mungkin dirasakan bila sensasi itu sedikit dan sebenatar, sebab bila sebaliknya maka sensasi kenikmatan duniawi dapat berubah menjadi siksaan atau penderitaan.
Al-Qur’an secara retoris mengungkapkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
”Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apa kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanya sedikit.” (QS. Al-Taubah [9]:38).
Andaikan seorang berusia 70 tahun diminta mengisahkan episode hidupnya yang paling berkesan baginya, mungkin ia akan bertutur selama 5-6 jam saja sebagai rangkuman perjalanan hidup yang dikenang selama masa tujuh puluh tahunan yang panjang. Yang tersisa pada detik itu hanyalah kesadaran yang terang benderang bahwa ia telah melalui tujuh puluh tahun waktu dibelakangnya yang terasa bergulir demikian cepat. Seperti yang di firmankan Allah Swt dalam Al-Quran:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ ۚ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
“Dan (ingatlah) akan hari (yang waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja disiang hari; (di waktu itu) mereka akan saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk .” (QS. Yunus [10]: 45).
Kemudian diayat lain mengatakan:
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (bahwa) kehidupan dunia adalah laksana air hujan yang kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan dimuka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuat.” (QS. Al-Kahfi [18]: 45).
Al-Qur’an menegaskan bahawa kehidupan di dunia ini hanyalah suatu senda guarau dan main-main saja.
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan tiadalah kehidupan di dunia ini, selain dari main-main dan senda grau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidaklah kamu memahaminya?,” (QS al-An’am [6]: 32).
Meskipun dunia ini dikatakan sebagai tempat senda garau dan tempat main-main saja, bukan berarti kita dapat melewati episode kehidupan di dunia ini secara berkelekar saja melainkan dengan cara yang serius.
Berbeda halnya dengan masa depan pasca kematian, yang bersifat serba pasti! Dimana seluruh kebaikan dan keburukan ditera dengan adil, rinci, teliti, dan terang senyata-nyatanya. Akhirat dalah alam hidup dalam arti sesungguhnya. Buya Hamka pernah berujar “alangkah ironis kalimat ini terdengar bahwa ternyata hidup sebenarnya baru dimulai saat nafas terkahir dihembuskan”. Maka rumus yang diajarkan Agama adalah Kerjakanlah yang pasti, tapi jangan abaikan yang mungkin. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.
Berbeda halnya dengan masa depan pasca kematian, yang bersifat serba pasti! Dimana seluruh kebaikan dan keburukan ditera dengan adil, rinci, teliti, dan terang senyata-nyatanya. Akhirat dalah alam hidup dalam arti sesungguhnya. Buya Hamka pernah berujar “alangkah ironis kalimat ini terdengar bahwa ternyata hidup sebenarnya baru dimulai saat nafas terkahir dihembuskan”. Maka rumus yang diajarkan Agama adalah Kerjakanlah yang pasti, tapi jangan abaikan yang mungkin. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.
Hidup didunia itu diibaratkan dengan satu permainan, maka didalam permainan janganlah kita sekali-kali bermain-main, kalau tidak ingin dipermainkan oleh permainan itu sendiri. FolderIslamku.blogspot.com
Dua Masa Depan Manusia yang Sangat Berharga
Reviewed by folderislamku.blogspot.com
on
March 06, 2018
Rating:
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.