Penjelasan Al-Qur'an : Dari Alam metafisis Menuju Alam Rahim (Ilustrasi) |
Penjelasan Al-Qur’an : Dari Alam Metafisis Menuju Alam Rahim
هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”(QS al-Insan [76]: 1)
FolderIslamku.blogspot.com - Salah satu anugrah yang dimiliki manusia adalah rentangan episode hidupnya yang sangat panjang, bahkan Allah memang akhirnya menakdirkan manusia menjadi penghuni alam keabadian. Lukisan grafis eksistensi manusia itu berupa sebuah garis kontinum, yang berawal dari suatu titik lalu berujung di ketakterhinggaan ditempat yang berbeda. Bukan lingkaran berulang-ulang di tempat yang sama (Reinkarnasi). Kita sesungguhnya pernah hidup sebelum hadir dimuka bumi ini dan kelak pasti akan melanjutkan perjalanan hidup setelah kita meninggalkan dunia ini.
Manusia mengalami transisi 5 alam sepanjang alur siklus kehidupannya itu. Sesi pertama kehidupan itu dikisahkan sekilas di Al-Qur’an suatu episode hidup manusia di alam pra dunia.
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhannmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi merekaa dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami melakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan),” (QS al- Araf [7]: 172).
Dalam dalil kitab suci, fase inilah yang menjadi start awal eksistensi diri kita, yakni kehidupan dialam ruh. Konsep tentang keyakinan primodial dari ayat tersebut, yang dalam kajian-kajian agama diistilahkan dengan “Tauhid Rububiyah” menegaskan bahwa mausia memiliki kesaksian alamiah jauh sebelum ia dilahirkan ke dunia akan wujud Tuhan yang telah menciptakannya. Persoalan eksistensi Tuhan sebenarnya bukanlah isu yang penting untuk diperdebatkan, karena Allah telah memahat dalam hati mahluk pilihan-Nya ini suatu kesadaran instinktif tentang diri-Nya. Masyarakat manusia dalam Al-Qur’an diistilahkan sebagai masyarakat rabbany (masyarakat berketuhanan)
Maka kemudian kita akan mendapati bahwa para Nabi yang diutus, tidaklah mengajarkan bahwa Tuhan itu ada atau tidak. Nabi hanya berperan sebagai tutor dan mediator atas petunjuk ilahi. Lewat pelajaran merekalah naluri dasar manusia untuk meng-agung-kan sesuatu itu diarahkan dan dibimbing. Persoalan umat manusia bukanlah Tuhan itu ada atau tidak, tapi siapa sosok yang di”per-Tuhankannya!”.
Al-Qur’an menegaskan bahwa keyakinan Tuhan sebagai Yang Maha Mencipta dan Yang mahakuasa bukanlah persoalan baru di kalangan orang yang ingkar (kafir) sekalipun. sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ (61) اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (62) وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (63
Manusia mengalami transisi 5 alam sepanjang alur siklus kehidupannya itu. Sesi pertama kehidupan itu dikisahkan sekilas di Al-Qur’an suatu episode hidup manusia di alam pra dunia.
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhannmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi merekaa dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami melakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan),” (QS al- Araf [7]: 172).
Dalam dalil kitab suci, fase inilah yang menjadi start awal eksistensi diri kita, yakni kehidupan dialam ruh. Konsep tentang keyakinan primodial dari ayat tersebut, yang dalam kajian-kajian agama diistilahkan dengan “Tauhid Rububiyah” menegaskan bahwa mausia memiliki kesaksian alamiah jauh sebelum ia dilahirkan ke dunia akan wujud Tuhan yang telah menciptakannya. Persoalan eksistensi Tuhan sebenarnya bukanlah isu yang penting untuk diperdebatkan, karena Allah telah memahat dalam hati mahluk pilihan-Nya ini suatu kesadaran instinktif tentang diri-Nya. Masyarakat manusia dalam Al-Qur’an diistilahkan sebagai masyarakat rabbany (masyarakat berketuhanan)
Maka kemudian kita akan mendapati bahwa para Nabi yang diutus, tidaklah mengajarkan bahwa Tuhan itu ada atau tidak. Nabi hanya berperan sebagai tutor dan mediator atas petunjuk ilahi. Lewat pelajaran merekalah naluri dasar manusia untuk meng-agung-kan sesuatu itu diarahkan dan dibimbing. Persoalan umat manusia bukanlah Tuhan itu ada atau tidak, tapi siapa sosok yang di”per-Tuhankannya!”.
Al-Qur’an menegaskan bahwa keyakinan Tuhan sebagai Yang Maha Mencipta dan Yang mahakuasa bukanlah persoalan baru di kalangan orang yang ingkar (kafir) sekalipun. sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ (61) اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (62) وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (63
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadiakn langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu merreka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengar air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab “Allah” Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan dari mereka tidak memahami (nya),” (QS al-Ankabut [29]: 61-63). Wallahu’alam. FolderIslamku.blogspot.com
Penjelasan Al-Qur'an : Dari Alam metafisis Menuju Alam Rahim
Reviewed by folderislamku.blogspot.com
on
March 03, 2018
Rating:
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.